Kamis, 04 Desember 2014

PENGELOLAAN LIMBAH INDONESIA DENGAN NEGARA LAIN



PENGELOLAAN LIMBAH DI INDONESIA

Penanganan sampah khususnya di kota-kota besar di Indonesia merupakan salah satu permasalahan perkotaan yang sampai saat ini merupakan tantangan bagi pengelola kota. Pertambahan penduduk dan peningkatan aktivitas yang demikian pesat di kota-kota besar, telah mengakibatkan meningkatnya jumlah sampah disertai permasalahannya. Diprakirakan rata-rata hanya sekitar 40% – 50% yang dapat terangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) oleh institusi yang bertanggung jawab atas masalah sampah dan kebersihan, seperti Dinas Kebersihan.

Kemampuan pengelola kota menangani sampahnya dalam 10 tahun terakhir cenderung menurun, antara lain karena era otonomi dan kemampuan pembiayaan yang rendah. Berdasarkan Laporan Kementerian Lingkungan Hidup (2004), pada tahun 2001 diperkirakan pengelola sampah kota hanya mampu melayani sekitar 32% penduduk kota, dari 384 kota di Indonesia. Hanya sekitar 40% dari sampah yang dihasilkan oleh daerah urban yang dapat diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPS). Sisanya ditangani oleh penghasil sampah dengan berbagai cara, seperti dibakar (35%), ditimbun dalam tanah (7,5%), dikomposkan (1,61%), dan beragam upaya, termasuk daur-ulang, atau dibuang di mana saja seperti di tanah kososng, drainase atau badan air lainnya.

Paradigma umum yang dijumpai sampai saat ini dalam pengelolaan sampah kota di Indonesia adalah kumpul – angkut – buang. Seiring dengan pertambahan penduduk, tambah lama akan tambah banyak jumlah sampah yang harus ditangani. Defisit anggaran dalam penanganan sampah kota merupakan hal yang biasa terdengar, sehingga agak sulit bagi pengelola sampah untuk berfikir ke depan dalam upaya pengembangan. Prasarana yang tersedia tambah lama akan tambah tua dan tambah terbatas kemampuannya. Disamping itu, sebagian besar PEMDA sampai saat ini menganggap bahwa penanganan sampah belum menjadi prioritas yang penting, apalagi dengan kondisi ekonomi yang sulit. Dengan demikian beban pengelola sampah kota menjadi tambah berat, kecuali bila cara pandang dalam pengelolaan sampah diperbaiki. Perbaikan ini tidak dapat dilakukan dalam waktu sekejap, karena menyangkut pula cara pandang masyarakat penghasil sampah, dan yang juga penting adalah cara pandang pengambil keputusan baik eksekutif maupun legislatif.

Sampai saat ini andalan utama sebuah kota dalam menyelesaikan masalah sampahnya adalah pemusnahan dengan landfilling pada sebuah TPA. Biasanya pengelola kota cenderung kurang memberikan perhatian yang serius pada TPA tersebut, sehingga muncullah kasus TPA Bantar Gebang di Bekasi, TPA Keputih di Surabaya, TPA Leuwigajah di Cimahi-Bandung, dan TPA-TPA lain yang terungkap di mass media. Aktivitas utama pemusnahan sampah di TPA adalah dengan landfilling. Beragam tingkat teknologi landfilling, diantaranya yang paling sering disebut adalah sanitary landfill. Dapat dipastikan bahwa yang digunakan di Indonesia adalah bukan landfilling yang baik, karena hampir seluruh TPA di kota-kota di Indonesia hanya menerapkan apa yang dikenal sebagai open-dumping, yang sebetulnya tidak layak disebut sebagai sebuah bentuk teknologi penanganan sampah.


PENGELOLAAN LIMBAH DI SWEDIA

Pengelolaan sampah di Swedia selalu mengedepankan bahwa sampah merupakan salah satu resources yang dapat digunakan sebagai sumber energi. dasar pengelolaan sampah diletakkan pada minimasi sampah dan pemanfaatan sampah sebagai sumber energi. Keberhasilan penanganan sampah itu didukung oleh tingkat kesadaran masyarakat yang sudah sangat tinggi. Landasan kebijakan Swedia, senyawa beracun yang terkandung dalam sampah harus dikurangi sejak pada tingkat produksi. Minimasi jumlah sampah dan daur ulang ditingkatkan. Pembuangan sampah yang masih memiliki nilai energi dikurangi secara signifikan. Sehingga, kebijaksanaan pengelolaan sampah swedia antara lain meliputi: Pengurangan volume sampah yang dibuang ke TPA harus berkurang sampai dengan 70 % pada tahun 2015. Sampah yang dapat dibakar (combustible waste) tidak boleh dibuang ke TPA sejak tahun 2002. Sampah organik tidak boleh dibuang ke TPA lagi pada tahun 2005. Tahun 2008 pengelolaan lokasi landfill harus harus sesuai dengan ketentuan standar lingkungan. Pengembangan teknologi tinggi pengolahan sampah untuk sumber energi ditingkatkan.
Kebijakan pemerintah dan budaya masyarakat yang mengerti arti kebersihan dan energi, membuat Swedia menjadi negara maju dalam pengelolaan sampah. Dalam data statistik Eurostat, rata-rata jumlah sampah yang menjadi limbah di negara-negara Eropa adalah 38 persen. Swedia berhasil menekan angka itu menjadi hanya satu persen.

Swedia, negara terbesar ke-56 di dunia, dikenal memiliki manajemen sampah yang baik. Mayoritas sampah rumah tangga di negara Skandinavia itu bisa didaur ulang atau digunakan kembali. Satu-satunya dampak negatif dari kebijakan ini adalah Swedia kini kekurangan sampah untuk dijadikan bahan bakar pembangkit energinya.

Swedia kini mengimpor 800 ribu ton sampah per tahun dari negara-negara tetangganya di Eropa. Mayoritas sampah ini berasal dari Norwegia. Sampah-sampah ini sekaligus untuk memenuhi program Sampah-Menjadi-Energi (Waste-to-Energy) di Swedia. Dengan tujuan utama mengubah sampah menjadi energi panas dan listrik.

Norwegia, sebagai negara pengekspor, bersedia dengan perjanjian ini karena dianggap lebih ekonomis dibanding membakar sampah yang ada. Namun, dalam rencana perjanjian disebutkan, sampah beracun, abu dari proses kremasi, atau yang penuh dengan dioksin, akan dikembalikan ke Norwegia.Sedangkan bagi Swedia, mengimpor sampah adalah pemikiran maju dalam hal efisiensi dan suplai energi bagi kebutuhan manusia.Membakar sampah dalam insinerator mampu menghasilkan panas. Di mana energi panas ini kemudian didistribusikan melalui pipa ke wilayah perumahan dan gedung komersial. Energi ini juga mampu menghasilkan listrik bagi rumah rakyatnya.

Kebijakan ini bisa meningkatkan nilai dari sampah di masa depan. “Mungkin Anda bisa menjual sampah karena ada krisis sumber daya di dunia,” ujar Ostlund. Sesudah Norwegia, Swedia menargetkan mengimpor sampah dari Bulgaria, Rumania, dan Italia. Selain membantu Swedia dalam menyediakan sumber energi, impor sampah ini juga menjadi solusi pengelolaan sampah bagi negara-negara pengekspornya.

PENGELOLAAN LIMBAH DI JEPANG

Secara prinsip sampah dibagi dalam empat jenis, yaitu sampah bakar (combustible), sampah tidak bakar (non-combustible), sampah daur ulang (recycle), dan sampah ukuran besar. Ada jadwal hari-hari tertentu yang mengatur jenis sampah apa yang dapat dibuang. Petugas akan mengambil sampah setiap hari sesuai dengan jadwal dan jenis sampahnya.Satu hal lagi, untuk sampah minyak goreng atau minyak jelantah, tidak boleh dibuang ke saluran air. Hal tersebut dikhawatirkan mencemari air tanah. Oleh karena itu, di Jepang dijual bubuk yang berfungsi  membekukan sisa minyak goreng tersebut. Bubuk itu ditaburi di atas minyak hingga berubah menjadi gel. Setelah itu,  minyak jelantah yang sudah berbentuk gel dapat dibuang ke tempat sampah.Masalahnya, mereka hanya mengambil plastik sampah yang tepat jenis dan sesuai jadwalnya. Kalau salah jadwal, atau jenisnya kita campur-campur (misalnya botol minum di sampah makanan), sampah tidak akan diangkat

Sampah sebagai masalah Kritis dan Penting.Undangan mengunjungi pusat pengolahan sampah di distrik Meguro, Tokyo, tersebut tidak kami sia-siakan. Kami berkumpul di pusat pengolahan sampah pukul 10.00 pagi untuk kemudian dilanjutkan dengan melihat proses pengolahan sampah.Namun sebelum melihat proses pengolahan, kita diterangkah terlebih dahulu betapa kritis dan pentingnya urusan sampah ini. Kebanyakan dari kita memang terkesan menganggap sepele bahkan tidak peduli dengan masalah pembuangan sampah. Padahal ketidakpedulian itu dapat menimbulkan masalah lingkungan hidup yang serius.Lahan tanah di dunia kini sudah hampir mencapai puncak kapasitasnya. Sampah yang menimbun di permukaan tanah akan mengakibatkan kontaminasi pada resapan air tanah, yang pada akhirnya dapat meracuni kehidupan dan mengkontaminasi air tanah. Sementara itu, cara pengolahan sampah dengan membakar secara tradisional dapat mengakibatkan jumlah besar karbon monoksida dan gas karsinogen yang akan mengotori atmosfer. Selain itu, kita juga dijelaskan bahwa tidak semua sampah bisa didaur ulang oleh tanah.Oleh karenanya, upaya manajemen sampah yang baik, serta kepedulian dalam memisah-misahkan sampah plastik, metal, botol, karet, dan benda-benda sejenis, menjadi penting untuk kesinambungan lingkungan hidup.

Proses Pengolahan Sampah di Jepang.Kami kemudian diajak melihat bagaimana sampah diolah sejak awal. Truk-truk sampah masuk ke pusat pengolahan melalui pintu utama. Di situ truk tersebut ditimbang untuk mengetahui berat sampah yang dibawa.Dari sana sampah-sampah dimasukkan ke tempat pembakaran. Hari itu, kebetulan sedang dilakukan proses untuk sampah bakar, atau sampah basah rumah tangga. Timbunan sampah yang berasal dari sisa-sisa makanan, kotoran dapur, dimasukkan ke dalam sebuah tempat penampungan besar. Ada bungkus tahu, sisa tulang ikan, dan aneka makanan sisa lainnya dimasukkan ke tempat itu. Dari situ, sampah dimasukkan ke tempat pembakaran dan kemudian dibakar.Hal yang menarik adalah ternyata ampas dari sampah-sampah tersebut bisa dimanfaatkan menjadi “cone-block” untuk lapisan jalanan. Jadi saya baru tahu kalau cone-blok di trotoar kota Tokyo sebagian di antaranya dibuat dari sampah yang kita buang setiap hari.Selain bermanfaat untuk membuat cone-block, pembakaran sampah di Jepang juga dapat menjadi salah satu sumber daya penghasil listrik.Sementara untuk cairan dari sampah basah, pusat pengolahan tersebut memiliki mesin penyulingan air yang fungsinya membersihkan air dari sampah, sebelum kemudian dialirkan kembali ke sungai.Sistem daur ulang di Jepang menganut dua langkah dasar. Pertama, pemisahan material dan pengumpulan. Kedua, pemrosesan dan daur ulang sampah. Kedua hal tersebut bisa berhasil karena dilakukan secara gotong royong antara masyarakat dan pemerintah. Setiap rumah tangga di Jepang secara sadar melakukan langkah pertama. Sementara pihak pemerintah daerah melakukan langkah kedua.Kesadaran, gotong royong, dan kerjasama yang baik antar warga, pemerintah, dan segenap elemen masyarakat menjadikan pengolahan sampah di Jepang dapat berjalan dengan lancar.

Ref :

Minggu, 15 Juni 2014

Pendidikan Kewarganegaraan

  Koalisi diantara nasionalisme dengan globalisasi 

Menurut saya adalah koalisi harus didasarkan pada semangat nasionalisme yang tinggi untuk membangun bangsa yang lebih baik, dengan adanya rasa nasionalisme maka akan timbul rasa ingin membangun bangsa dan negaranya sendiri agar dikemudian hari lebih baik dari sebelumnya. Terlepas dari hal tersebut tentu akan ada pula arus globalisasi yang masuk, menyaring hal yang terbaik untuk membangun negeri dan mengambil sisi positif dari arus globalisasi yang masuk adalah langkah yang bijak tanpa harus melepaskan hakikat dan pondasi rasa nasionalisme kepada negara.

Pendidikan Kewarganegaraan

 Menghilangkan perilaku pedofil

Pedofilia adalah kecenderungan seseorang yang telah dewasa baik pria maupun wanita untuk melakukan aktivitas seksual berupa hasrat ataupun fantasi impuls seksual dengan anak-anak kecil. Bahkan terkadang melibatkan anak dibawah umur.

Penyebab pedofilia antara lain:
-          Hambatan dalam perkembangan psikologis yang menyebabkan  ketidakmampuan  penderita menjalin relasi heterososial dan homososial yang wajar
-          Kecenderungan  kepribadian antisosial yang ditandai dengan hambatan perkembangan pola seksual yang matang disertai oleh hambatan perkembangan sosial
-          Terdapat kombinasi , ketakutan impotent, serta rendahnya tatanan etika dan moral

Menghilangkan perilaku pedofil tentu harus didampingi oleh psikolog dan diperiksa kejiwaannya, karena pelaku pedofil juga biasanya selama riwayat hidupnya pernah mengalami kekerasan seksual, pelaku pedofil sebaiknya diterapi kemudian diberikan pendampingan dan diperdalam lagi pengetahuan tentang agama.

Pendidikan Kewarganegaraan

Tanggapan dan jalan keluar untuk lokalisasi

Tanggapan saya tentang lokalisasi sebaiknya lebih baik di tutup karena tidak sesuai dengan norma agama dan sebagai sumber penyebaran segala jenis penyakit kelamin yang dapat mematikan dan dapat merusak moral. Jalan keluarnya adalah dengan memberikan pengarahan dan penyuluhan kepada para PSK untuk tidak menjajakan dirinya kembali, kemudian mencari tahu alasan kenapa mereka menjadi  PSK, karena sejauh ini alasan mereka menjadi PSK adalah masalah ekonomi dan jika sudah tahu kalau masalahnya ekonomi maka menyediakan lapangan penkerjaan lah solusi untuk mereka agar berhenti menjadi PSK atau mereka dibina, diberikan modal dan diajarkan keterampilan untuk mereka membuka usaha sendiri tetapi penghasilan yang dia dapatkan harus lebih layak dari pada ketika dia menjadi PSK,karena jika tidak mereka akan kembali lagi untuk menjadi PSK. Dan tidak lupa juga memberikan mereka tentang pendidikan agama sebagai pegangan hidup.

Pendidikan Kewarganegaraan

Program jika saya menjadi caleg :

Jika menjadi caleg program yang paling utama saya lakukan adalah dalam bidang pendidikan dan bidang kesehatan,karena hal tersebut adalah yang paling dasar untuk menbangun bangsa yang cerdas dan sehat.Saat ini banyak sekali masyarakat didaerah yang belum mendapatkan hak yang selayaknya sebagai warga negara dalam bidang pendidikan dan bidang kesehatan.

BIDANG PENDIDIKAN
-Pendidikan yang murah dan berkualitas untuk seluruh rakyat
-Melengakapi fasilitas pendidikan di seluruh Indonesia
 -Pemberian penghargaan yang tinggi untuk para pengajar yang berprestasi.
-Permudah akses untuk sekolah bagi masyarakat tidak mampu                                                  
-Memberikan beasiswa kepada anak yang tidak mampu dan berprestasi.
-Menyediakan tenaga pengajar yang berkualitas.

BIDANG KESEHATAN
-Pengobatan gratis untuk warga tidak mampu untuk seluruh rakyat Indonesia.  
-Memperbaiki dan melengkapi fasilitas di setiap rumah sakit.
-Mempermudah akses bagi masyarakat untuk mendapatkan pengobatan
-Menyediakan pelayan kesehatan yang kompeten dan berkualitas
-Memberikan kesejahteraan bagi para medis yang layak.

Pendidikan Kewarganegaraan

Menuliskan dan menfsirkan lagu pop Indonesia yang menuliskan lirik tentang Indonesia

Garuda di Dadaku (NETRAL)
Ayo putra bangsa
Harumkan negeri ini
Jadikan kita bangga
Indonesia
Tunjukan dunia
Bahwa ibu pertiwi
Pantas jadi juara
Indonesia
Jayalah negaraku
Tanah air tercinta
Indonesia raya
Jayalah negaraku
Tanah air tercinta
Indonesia raya
Reff :
Garuda di dadaku
Garuda kebanggaanku
Ku yakin hari ini pasti menang..
Kobarkan semangatmu
Tunjukkan keinginanmu
Ku yakin hari ini pasti menang..
Back to Reff..

Penafsiran :
Menurut saya lagu tersebut menunjukan letak semangat dan feel dari lagu yang sungguh membagkitkan semangat kita dan mengajak untuk semua warga negara untuk berjuang dan bangga menjadi warga negara indonesia. Kita harus menunjukan bahwa negara indonesia pantas jadi juara dengan menyatukan harapan dan cita-cita rakyat Indonesia. Kebanggaan dalam bertanding dan selalu menyuarakan semangat patriotisme yang tinggi bagi rakyat Indonesia dengan garuda di dada.

Pendidikan Kewarganegaraan

Rafflesia arnoldi

Padma Raksasa (Rafflesia arnoldi) ditetapkan menjadi puspa langka melengkapi Melati Putih (puspa bangsa) dan Anggrek Bulan (puspa pesona). Selain menjadi salah satu dari bunga nasional, Rafflesia arnoldii juga menjadi flora identitas provinsi Bengkulu.

Rafflesia arnoldii atau padma raksasa yang merupakan tanaman endemik Sumatera merupakan satu dari sekitar 30-an jenis Rafflesia yang ditemukan di Asia Tenggara, mulai dari semenanjung Malaya, Kalimantan, Sumatra, dan Filipina. Dinamakan padma raksasa lantaran ukuran bunganya yang mampu mencapai diameter 100 cm dengan berat 10 kg.

Tubuhan yang ditetapkan sebagai puspa langka ini tidak memiliki batang, daun, maupun akar yang sebenarnya. Tumbuhan ini hidup secara endoparasit pada tumbuhan inangnya. Satu-satunya bagian tumbuhan Rafflesia yang dapat dilihat di luar tumbuhan inangnya adalah bunga bermahkota lima.

Sampai saat ini Rafflesia arnoldii tidak pernah berhasil dikembangbiakkan di luar habitat aslinya dan apabila akar atau pohon inangnya mati, Raflesia akan ikut mati. Oleh karena itu Raflesia membutuhkan habitat hutan primer untuk dapat bertahan hidup. Mungkin lantaran hal ini yang kemudian menjadi dasar pertimbangan sehingga padma raksasa ditetapkan sebagai puspa langka Indonesia. Bersama melati putih (puspa bangsa) dan anggrek bulan (puspa pesona), Rafflesia arnoldii menjadi bunga nasional Indonesia.Patma raksasa sering disamakan dengan bunga bangkai (Amorphpophallus titanium). Padahal keduanya adalah bunga yang berbeda. 

Klasifikasi ilmiah padma raksasa adalah sebagai berikut: Kerajaan: Plantae; Divisi: Magnoliophyta; Kelas: Magnoliopsida; Ordo: Malpighiales; Famili: Rafflesiaceae; Genus: Rafflesia; Spesies: Rafflesia arnoldi.

Pendidikan Kewarganegaraan

Cepot




Sastrajingga alias Cepot adalah anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Semar Badranaya dan Sutiragen (sebetulnya Cepot lahir dari saung). Wataknya humoris, suka banyol ngabodor, tak peduli kepada siapa pun baik ksatria, raja maupun para dewa. Kendati begitu lewat humornya dia tetap memberi nasehat petuah dan kritik.



Lakonnya biasanya dikeluarkan oleh dalang di tengah kisah. Selalu menemani para ksatria, terutama Arjuna, Ksatria Madukara yang jadi majikannya. Cepot digunakan dalang untuk menyampaikan pesan-pesan bebas bagi pemirsa dan penonton baik itu nasihat, kritik maupun petuah dan sindiran yang tentu saja disampaikan sambil guyon.



Dalam berkelahi atau perang, Sastrajingga biasa ikut dengan bersenjata bedog alias golok (di Tanah Sunda dikenal juga ada salah satu jenis bedog: bedog cepot). Dalam pengembangannya Cepot juga punya senjata panah. Para denawa (raksasa/buta) biasa jadi lawannya.



Sastrajingga merupakan tokoh panakawan putra Semar Badranaya. Sastra adalah tulisan. Jingga adalah merah. Si Cepot adalah gambaran tokoh wayang yang mempunyai kelakuan buruk ibarat seorang siswa yang mempunyai rapot merah. Namun demikian ia sangat setia mengikuti Semar kemana saja dia pergi. Kehadirannya dalam setiap pagelaran wayang golek sangat dinanti-nanti karena kekocakannya. Asep Sunandar Sunarya menjadikan si Cepot sebagai kokojo/tokoh unggulan pada setiap pagelaran. Bahkan tanda tangan Asep Sunandar ditulis atas nama Cepot.


Pendidikan Kewarganegaraan

Ki Hajar Dewantara

Ki Hajar Dewantara Lahir di Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889.Terlahir dengan nama Raden Mas Soewardi Soeryaningrat. Ia berasal dari lingkungan keluarga kraton Yogyakarta. Raden Mas Soewardi Soeryaningrat, saat genap berusia 40 tahun menurut hitungan Tahun Caka, berganti nama menjadi Ki Hadjar Dewantara. Semenjak saat itu, ia tidak lagi menggunakan gelar kebangsawanan di depan namanya. Hal ini dimaksudkan supaya ia dapat bebas dekat dengan rakyat, baik secara fisik maupun hatinya.

Perjalanan hidupnya benar-benar diwarnai perjuangan dan pengabdian demi kepentingan bangsanya. Ia menamatkan Sekolah Dasar di ELS (Sekolah Dasar Belanda) Kemudian sempat melanjut ke STOVIA (Sekolah Dokter Bumiputera), tapi tidak sampai tamat karena sakit. Kemudian ia bekerja sebagai wartawan di beberapa surat kabar antara lain Sedyotomo, Midden Java, De Express, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer dan Poesara. Pada masanya, ia tergolong penulis handal. Tulisan-tulisannya sangat komunikatif, tajam dan patriotik sehingga mampu membangkitkan semangat antikolonial bagi pembacanya.

Selain ulet sebagai seorang wartawan muda, ia juga aktif dalam organisasi sosial dan politik. Pada tahun 1908, ia aktif di seksi propaganda Boedi Oetomo untuk mensosialisasikan dan menggugah kesadaran masyarakat Indonesia pada waktu itu mengenai pentingnya persatuan dan kesatuan dalam berbangsa dan bernegara.

Kemudian, bersama Douwes Dekker (Dr. Danudirdja Setyabudhi) dan dr. Cipto Mangoenkoesoemo, ia mendirikan Indische Partij (partai politik pertama yang beraliran nasionalisme Indonesia) pada tanggal 25 Desember 1912 yang bertujuan mencapai Indonesia merdeka.

Mereka berusaha mendaftarkan organisasi ini untuk memperoleh status badan hukum pada pemerintah kolonial Belanda. Tetapi pemerintah kolonial Belanda melalui Gubernur Jendral Idenburg berusaha menghalangi kehadiran partai ini dengan menolak pendaftaran itu pada tanggal 11 Maret 1913. Alasan penolakannya adalah karena organisasi ini dianggap dapat membangkitkan rasa nasionalisme rakyat dan menggerakan kesatuan untuk menentang pemerintah kolonial Belanda.

Kemudian setelah ditolaknya pendaftaran status badan hukum Indische Partij ia pun ikut membentuk Komite Bumipoetra pada November 1913. Komite itu sekaligus sebagai komite tandingan dari Komite Perayaan Seratus Tahun Kemerdekaan Bangsa Belanda. Komite Boemipoetra itu melancarkan kritik terhadap Pemerintah Belanda yang bermaksud merayakan seratus tahun bebasnya negeri Belanda dari penjajahan Prancis dengan menarik uang dari rakyat jajahannya untuk membiayai pesta perayaan tersebut.

Sehubungan dengan rencana perayaan itu, ia pun mengkritik lewat tulisan berjudul Als Ik Eens Nederlander Was (Seandainya Aku Seorang Belanda) dan Een voor Allen maar Ook Allen voor Een (Satu untuk Semua, tetapi Semua untuk Satu Juga). Tulisan Seandainya Aku Seorang Belanda yang dimuat dalam surat kabar de Expres milik dr. Douwes Dekker itu antara lain berbunyi: “Sekiranya aku seorang Belanda, aku tidak akan menyelenggarakan pesta-pesta kemerdekaan di negeri yang kita sendiri telah merampas kemerdekaannya. Sejajar dengan jalan pikiran itu, bukan saja tidak adil, tetapi juga tidak pantas untuk menyuruh si inlander memberikan sumbangan untuk dana perayaan itu. 
Pikiran untuk menyelenggarakan perayaan itu saja sudah menghina mereka dan sekarang kita garuk pula kantongnya. Ayo teruskan penghinaan lahir dan batin itu! Kalau aku seorang Belanda. Apa yang menyinggung perasaanku dan kawan-kawan sebangsaku terutama ialah kenyataan bahwa bangsa inlander diharuskan ikut mengongkosi suatu pekerjaan yang ia sendiri tidak ada kepentingannya sedikitpun”.

Akibat karangannya itu, pemerintah kolonial Belanda melalui Gubernur Jendral Idenburg menjatuhkan hukuman tanpa proses pengadilan, berupa hukuman internering (hukum buang) yaitu sebuah hukuman dengan menunjuk sebuah tempat tinggal yang boleh bagi seseorang untuk bertempat tinggal. Ia pun dihukum buang ke Pulau Bangka.

Douwes Dekker dan Cipto Mangoenkoesoemo merasakan rekan seperjuangan diperlakukan tidak adil. Mereka pun menerbitkan tulisan yang bernada membela Soewardi. Tetapi pihak Belanda menganggap tulisan itu menghasut rakyat untuk memusuhi dan memberontak pada pemerinah kolonial. Akibatnya keduanya juga terkena hukuman internering. Douwes Dekker dibuang di Kupang dan Cipto Mangoenkoesoemo dibuang ke pulau Banda.

Namun mereka menghendaki dibuang ke Negeri Belanda karena di sana mereka bisa memperlajari banyak hal dari pada didaerah terpencil. Akhirnya mereka diijinkan ke Negeri Belanda sejak Agustus 1913 sebagai bagian dari pelaksanaan hukuman. Kesempatan itu dipergunakan untuk mendalami masalah pendidikan dan pengajaran, sehingga Raden Mas Soewardi Soeryaningrat berhasil memperoleh Europeesche Akte. Kemudian ia kembali ke tanah air di tahun 1918. Di tanah air ia mencurahkan perhatian di bidang pendidikan sebagai bagian dari alat perjuangan meraih kemerdekaan.

Setelah pulang dari pengasingan, bersama rekan-rekan seperjuangannya, ia pun mendirikan sebuah perguruan yang bercorak nasional, Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa (Perguruan Nasional Tamansiswa) pada 3 Juli 1922. Perguruan ini sangat menekankan pendidikan rasa kebangsaan kepada peserta didik agar mereka mencintai bangsa dan tanah air dan berjuang untuk memperoleh kemerdekaan.

Tidak sedikit rintangan yang dihadapi dalam membina Taman Siswa. Pemerintah kolonial Belanda berupaya merintanginya dengan mengeluarkan Ordonansi Sekolah Liar pada 1 Oktober 1932. Tetapi dengan kegigihan memperjuangkan haknya, sehingga ordonansi itu kemudian dicabut.

Di tengah keseriusannya mencurahkan perhatian dalam dunia pendidikan di Tamansiswa, ia juga tetap rajin menulis. Namun tema tulisannya beralih dari nuansa politik ke pendidikan dan kebudayaan berwawasan kebangsaan. Tulisannya berjumlah ratusan buah. Melalui tulisan-tulisan itulah dia berhasil meletakkan dasar-dasar pendidikan nasional bagi bangsa Indonesia.

Sementara itu, pada zaman Pendudukan Jepang, kegiatan di bidang politik dan pendidikan tetap dilanjutkan. Waktu Pemerintah Jepang membentuk Pusat Tenaga Rakyat (Putera) dalam tahun 1943, Ki Hajar duduk sebagai salah seorang pimpinan di samping Ir. Soekarno, Drs. Muhammad Hatta dan K.H. Mas Mansur.

 Setelah zaman kemedekaan, Ki hajar Dewantara pernah menjabat sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan yang pertama. Nama Ki Hadjar Dewantara bukan saja diabadikan sebagai seorang tokoh dan pahlawan pendidikan (bapak Pendidikan Nasional) yang tanggal kelahirannya 2 Mei dijadikan hari Pendidikan Nasional, tetapi juga ditetapkan sebagai Pahlawan Pergerakan Nasional melalui surat keputusan Presiden RI No.305 Tahun 1959, tanggal 28 November 1959. Penghargaan lain yang diterimanya adalah gelar Doctor Honoris Causa dari Universitas Gajah Mada pada tahun 1957. 

Dua tahun setelah mendapat gelar Doctor Honoris Causa itu, ia meninggal dunia pada tanggal 28 April 1959 di Yogyakarta dan dimakamkan di sana. Kemudian oleh pihak penerus perguruan Taman Siswa, didirikan Museum Dewantara Kirti Griya, Yogyakarta, untuk melestarikan nilai-nilai semangat perjuangan Ki Hadjar Dewantara. Dalam museum ini terdapat benda-benda atau karya-karya Ki Hadjar sebagai pendiri Tamansiswa dan kiprahnya dalam kehidupan berbangsa. Koleksi museum yang berupa karya tulis atau konsep dan risalah-risalah penting serta data surat-menyurat semasa hidup Ki Hadjar sebagai jurnalis, pendidik, budayawan dan sebagai seorang seniman telah direkam dalam mikrofilm dan dilaminasi atas bantuan Badan Arsip Nasional. 
Bangsa ini perlu mewarisi buah pemikirannya tentang tujuan pendidikan yaitu memajukan bangsa secara keseluruhan tanpa membeda-bedakan agama, etnis, suku, budaya, adat, kebiasaan, status ekonomi, status sosial, dan sebagainya, serta harus didasarkan kepada nilai-nilai kemerdekaan yang asasi. Hari lahirnya, diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional. Ajarannya yang terkenal ialah tut wuri handayani (di belakang memberi dorongan), ing madya mangun karsa (di tengah menciptakan peluang untuk berprakarsa), ing ngarsa sungtulada (di depan memberi teladan).

Pendidikan Kewarganegaraan

Menghidupkan Kembali Eksistensi Pancasila ditengah Arus Globalisasi


Globalisasi berkembang dengan pesat karena pengaruh perkembangan teknologi komunikasi. Batas sekat baik ruang dan waktu menjadi tiada dengan kemudahan akses informasi. Al hasil informasi-informasi yang sifatnya global atau mendunia sangat mudah menyebar melewati batas Negara dan bangsa. Kondisi ini menyebabkan terjadi pula pertukaran informasi-informasi seputar kebudayaan dan nilai-nilai kehidupan yang dimiliki masing-masing Negara dan bangsa. Masyarakat Indonesia pun demikian, semakin banyak mengetahu tentang nilai-nilai dan kebudayaan asing.

Perlu diperhatikan bahwa setidaknya ada tiga jenis manusia Indonesia dalam menyikapi globalisasi. Tiga jenis manusia itu adalah  yang pertama mereka yang akhirnya meniru kebudayaan asing : ini kebanyakan kita temui pada kaum muda Indonesia. Saya masih ingat ketika dulu demam india melanda, demam manadarin, lalu demam jepang, dan akhirnya demam korea dan boyband seperti saat ini. Pada masa demam-demam itu jurusan sastra masing-masingnya menjadi laris dimasuki anak-anak muda, mahasiswa baru. Kondisi itu pula yang membuat orang tua negeri ini kelimpungan memikirkan akan dibawa kemana masa depan bangsa. Nilai-nilai kearifan bangsa terkikis karena budaya asing lebih menarik bagi generasi muda bangsa. Golongan ini jumlahnya sangat banyak dan menjadi kenormalan saat ini pada generasi muda.

Yang kedua adalah mereka yang tetap memelihara kebudayaan sendiri. Generasi muda yang masuk dalam golongan ini cukup sedikit. Bahkan tak jarang dianggap aneh, kuno, kampungan ketika ada orang Indonesia khususnya pemuda yang memegang teguh budaya dan nilai-nilai kebangsaan. Kalau ada yang bisa main gamelan dianggap orang jadul, bisa menari tarian daerah dianggap tidak modern karena bukanbreakdance. Namun golongan yang sedikit inilah yang bersusah payah menjaga kebudayaan dan kearifan bangsa Indonesia.

Golongan ketiga dan yang terakhir adalah mereka yang terombang-ambing antara dua pilihan diatas. Golongan ini juga cukup banyak. Mereka sangat bergantung pada lingkungan sosialnya. Saudara, keluarga, dan teman-temannya yang menentukan apakah nantinya dia masuk dalam golongan pertama atau golongan kedua. Golongan ini ibaratnya suara mengambang dalam pemilu yang dikejar-kejar oleh parpol untuk menaikkan suara pemilih mereka.

Terpaan arus globalisasi ini mau tidak mau harus diperhatikan oleh segenap masyarakat bangsa. Berkaca pada pembagian golongan diatas, fakta golongan pertama yang banyak terdapat di Indonesia menjadi perhatian khusus. Karena dari sana tergambar bahwa kebanyakan masyarakat khususnya generasi muda tidak begitu memerhatikan identitas bangsanya. Identitas bangsa mungkin dianggap jadul dan tidak relevan untuk masa kini. Budaya asing lebih memengaruhi identitas masyarakat dan pemuda saat ini.

Wajar kalau saat ini, musik dan lagu asing lebih sering kita dengar daripada musik dan lagu asli Indonesia. Tarian asing lebih dinikmati daripada tarian tradisional, dan model pakaianpun mengikuti model asing karena model pribumi kuno dan tidak up to date. Lalu bagaimana cara mengeksiskan kembali identitas bangsa Indonesia dalam arus globalisasi dan multikultural saat ini? Semua manusia Indonesia tampaknya sepakat bahwa kita sebagai masyarakat hendaknya kembali kepada nilai-nilai pancasila. Mengimplementasikan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan.

Namun ternyata tak semudah kata terucap. Saat ini yang terjadi kalau anda bertanya pada mahasiswa tentang mata kuliah apa yang paling membosankan, maka kebanyakan akan menyebut kewarganegaraan atau pendidikan pancasila. Beberapa merasa mata kuliah tersebut terlalu mudah sehingga bosan mempelajarinya berulang-ulang. Sebagian lagi merasa bosan karena walau dipelajari berkali-kali tetap tidak masuk ke kepala. Namun kalau ditanya kepada mahasiswa tentang apa alat pemersatu bangsa, jelas dan tegas mereka akan menjawab “Pancasila”.

Pancasila hanya sekedar menjadi simbol belaka tanpa makna, sebatas kognitif pada pelajaran sekolah dan kampus tanpa pemaknaan secara afeksi dan perilaku. Kalau kita tetap yakin pancasila satu-satunya alat pemersatu bangsa, penguat identitas bangsa dalam komunitas global dan multikultural saat ini, setidaknya ada 3 langkah yang perlu diperhatikan. 
Yang pertama membangun kepercayaan diri bangsa bahwa kebudayaan Indonesia serta kearifan lokal merupakan sesuatu yang peka jaman, selalu up to date, dan tidak kalah dengan kebudayaan asing. Bahkan budaya Indonesia jauh lebih beragam daripada budaya asing, ini menandakan keragaman sudut pandang masyarakat Indonesia dalam menjalani kehidupan.

Yang kedua membangun keyakinan terhadap esensi dari pancasila, mengapa pancasila menjadi dasar Negara, serta mau mempelajari dan mempraktikkannya dalam keseharian. Secara historis pancasila tidak muncul tiba-tiba, ada proses disana dan disepakati bersama karena pancasila merupakan representasi dari pemersatu keragaman budaya Indonesia.

Yang ketiga membangun keyakinan bahwa budaya yang paling cocok untuk orang Indonesia adalah budaya yang berasal dari tanah air sendiri. Mungkin budaya asing bisa terserap menjadi budaya Indonesia, namun tetap perlu ada filter sehingga yang baik-baik sajalah yang terserap.


Saya meyakini identitas bangsa akan kuat di tengah globalisasi saat ini jika tiga hal diatas terwujud pada diri masing-masing anak bangsa. Selain itu  proses penginternalisasi nilai-nilai pancasila menjadi karakter kepribadian setiap anak bangsa juga menjadi penguat munculnya identitas bangsa yang membuat kita berbeda dan memiliki makna bagi negara dan bangsa lain.

Sabtu, 31 Mei 2014

Pendidikan Kewarganegaraan



1.      Menghilangkan perilaku pedofil

Pedofilia adalah kecenderungan seseorang yang telah dewasa baik pria maupun wanita untuk melakukan aktivitas seksual berupa hasrat ataupun fantasi impuls seksual dengan anak-anak kecil. Bahkan terkadang melibatkan anak dibawah umur.

Penyebab pedofilia antara lain:
-          Hambatan dalam perkembangan psikologis yang menyebabkan  ketidakmampuan  penderita menjalin relasi heterososial dan homososial yang wajar
-          Kecenderungan  kepribadian antisosial yang ditandai dengan hambatan perkembangan pola seksual yang matang disertai oleh hambatan perkembangan sosial
-          Terdapat kombinasi , ketakutan impotent, serta rendahnya tatanan etika dan moral

Menghilangkan perilaku pedofil tentu harus didampingi oleh psikolog dan diperiksa kejiwaannya, karena pelaku pedofil juga biasanya selama riwayat hidupnya pernah mengalami kekerasan seksual, pelaku pedofil sebaiknya diterapi kemudian diberikan pendampingan dan diperdalam lagi pengetahuan tentang agama.

2.      Koalisi diantara nasionalisme dengan globalisasi 

Menurut saya adalah koalisi harus didasarkan pada semangat nasionalisme yang tinggi untuk membangun bangsa yang lebih baik, dengan adanya rasa nasionalisme maka akan timbul rasa ingin membangun bangsa dan negaranya sendiri agar dikemudian hari lebih baik dari sebelumnya. Terlepas dari hal tersebut tentu akan ada pula arus globalisasi yang masuk, menyaring hal yang terbaik untuk membangun negeri dan mengambil sisi positif dari arus globalisasi yang masuk adalah langkah yang bijak tanpa harus melepaskan hakikat dan pondasi rasa nasionalisme kepada negara.